Alkisah hiduplah seorang wanita tua pada zaman dahulu. Wanita itu bernama Mbok Srini. Sejak masih bersuami, Mbok Srini sangat menghendaki mempunyai anak. Namun, hingga suaminya meninggal dunia, belum juga dikaruniani seorang anak. Meski demikian, keinginan Mbok Srini untuk mempunyai anak terus bergelora. Dia berharap ada seseorang yang berbaik hati memberikan anak kepadanya. Anak yang akan dirawatnya hingga akhirnya dapat membantunya bekerja setelah anak itu besar.
Pada suatu hari seorang raksasa datang menemui Mbok Sirni. Mbok Sirni sangat ketakutan akan dimangsa raksasa yang terlihat sangat menyeramkan tersebut. Tubuh Mbok Srini gemetar, lalu ia meminta raksasa itu untuk tidak memakannya karena kondisi fiksinya yang sudah tua.
Raksasa itu sama sekali tidak ingin memangsa Mbok Srini, ia bahkan ingin memberikan sesuatu kepada Mbok Srini. Raksasa itu memberikan biji-bijian mentimun kepada Mbok Srini dan menyuruk Mbok Srini untuk menanam biji-bijian tersebut agar keinginannya terkabul. Raksasa itu juga berpesan pada Mbok Srini agar tidak menikmati hasil dari biji mentimun pemberiannya itu, melainkan hendaknya berbagi dengannya sebagai ucapan terima kasih Mbok Sirni kepadanya.
Mbok Sirni setuju dengan pesan si Raksasa. Dia lantas menanam bibit-bibit mentimun itu dihalaman rumahnya. Bibit mentimun itu sangat cepat tumbuh. Hanya berselang beberapa hari kemudian bibit tanaman mentimun itu telah tumbuh dan juga berbuah. Buah-buahnya sangat besar. Di antara buah-buah itu terdapat satu buah yang sangat besar. Warnanya kekuningan yang berkilauan seperti emas saaat terkena cahaya matahari.
Mbok Sirni mengambil buah yang paling besar itu dan membelahnya. Mbok Sirni sangat terkejut bercampur gembira ketika mendapati bayi perempuan yang cantik didalam buah mentimun emas tersebut. Mbok Sirni sangat bersyukur karena doa dan keinginannya selama ini untuk memiliki anak dikabulkan oleh tuhan. Dia lantas memberi nama bayi cantik itu dengan nama Timun Emas.
Mbok Sirni merawat Timun Emas dengan baik hingga Timun Emas tumbuh menjadi anak yang sehat dan semakin terlihat kecantikannya. Mbok Sirni sangat menyayangi Timun Emas, begitu juga sebaliknya.
Beberapa waktu kemudian Mbok Sirni kembali bertemu dengan Raksasa yang dahulu memberinya bibit mentimun. Si Raksasa memintanya memenuhi janjinya untuk membagi hasil biji mentimun ajaib dengannya. Sesungguhnya Mbok Sirni sangat tidak rela jika harus membagi anak kesayangannya dengan Raksasa. Dia juga bingung bagaimana cara membagi anak gadisnya Timun Mas. Untungnya si Raksasa masih berbaik hati dengan mengizinkan Timun Mas untuk tinggal bersama Mbok Sirni setelah Mbok Sirni mengungkapkan kebingungannya. Si Raksasa berkata Timun Emas boleh tinggal sampai usianya mencapai tujuh belas tahun, setelah itu ia akan datang kembali untuk memangsanya.
Mbok Sirni sangat gembira mendengar ucapan si Raksasa. Setidaknya masih cukup waktu baginya memikirkan cara bagaimana agar anak gadis kesayangannya Timun Emas tidak dimangsa oleh Si Raksasa. Walaupun sedikit bergembira karena masih ada waktu baginya hidup bersama Timun Emas, namun dalam hati Mbok Sirni tetap dipenuhi ke kakhawatiran.
Timun Emas tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Sifat dan perilakunya yang baik menambah rasa sayang Mbok Sirni kepadanya. Dia taat dan penurut. Rajin pula dia membantu kerepotan Mbok Sirni yang telah dianggapnya sebagai ibu kandung. Aneka pekerjaan di rumah mbok Sirni dikerjakannya dengan baik. Dia memasak, mencuci, menyapu dan juga turut bersama Mbok Sirni mencari kayu bakar di hutan. Tidak berlebihan rasanya jika Mbok Sirni sangat menyayangi Timun Emas dan menganggapnya sebagai anak kandung. Namun demikian, seiring berjalannya waktu, Mbok Sirni menjadi sangat cemas jika teringat janjinya pada si raksasa. Sungguh sangat tidak rela dia jika anak gadis kesayangannya akan dimangsa si raksasa.
Pada suatu malam Mbok Sirni bermimpi. Dalam impiannya itu dia harus menemui seorang pertapa sakti yang berada di gunung gundul jika menghendaki anaknya selamat. Keesokan harinya Mbok Sirni menuju Gunung Gundul. Dia berjumpa dengan seorang pertapa. Dia meminta tolong kepada pertapa agar anaknya dapat terbebas dari si raksasa.
Sang Pertapa memberikan satu biji bibit tanaman mentimun, jarum, sebutir garam dan sepotong terasi kepada Mbok Sirni. “ Berikat semua itu kepada anakmu. Niscaya dia akan selamat dari raksasa yang hendak memangsanya.” Kata Sang Pertapa. Sang Pertapa menjelaskan cara menggunakan benda-benda pemberiannya itu.
Setelah mengucapkan terima kasih. Mbok Sirni bergegas kembali pulang ke rumah. Diberikannya benda-bendar dari Pertapa kepada Timun Emas.
Hanya berselang beberapa hari setelah itu, Si Raksasa pergi menuju rumah Mbok Sirni. Keinginannya untuk memangsa Timun Emas sudah tidak dapat dibendung. Jarak ke rumah Mbok Sirni masih cukup jauh namun dia sudah berteriak-teriak. Mbok Srini keluar daru rumah dan menyahut panggilan tersebut. Mbok Srini berkata Timun Mas telah menuju hutan ketempat tinggalnya, dan dia siap untuk dijadikan santapan.
Si Raksasa melihat Timun Mas berlari di kejauhan. Tanpa menunggu lebih lama, Si Raksasa segera mengejar Timun Emas. Air Liur si Raksasa menetes-netes karena telah menguat keinginannya untuk secepat mungkin menyantap Timun Emas.
Timun Emas telah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk dapoat berlari sekencang-kencangnya. Namun, langkah kaki si Raksasa yang lebar dan cepat membuat jarak antara Timun Emas dan Si Raksasa semakit dekat. Melihat si Raksasa sebentar lagi akan menangkapnya, Timun Emas lantas melemparkan satu bibit mentimun. Keajaiban terjadi, seketika bibit mentimun itu berubah menjadi tanaman mentimun yang sangat lebat dan banyak sekali buahnya. Terlihat menggiurkan sekali buah-buah mentimun itu. Si Raksasa dengan rakus langsung melahap semua buah-buah mentimun ajaib itu. Namun, ternyata sekian banyak buah mentimun belum memuaskan perut Si Raksasa yang rakus. Dia kembali mengejar Timun Emas yang sudah berlari cukup jauh. Semakin lama Timun Emas pun kembali akan disusul oleh Si Raksasa.
Melihat posisinya yang semakin dekat kembali dengan si Raksasa, Timun Emas lalu melemparkan jarum yang dibawanya. Keajaiban kembali terjadi. Jarum yang dilemparkan Timun Emas berubah menjadi pohon bambu yang sangat lebat. Batang-batang pohon bambu itu tinggi dan tajam. Si Raksasa awalnya sangat kesulitan melewati hutan bambu yang seperti pagar menghalangi dirinya. Namun dengan ganas si raksasa mencabuti pohon-pohon bambu yang menghalanginya. Kedua kakinya yang tertusuk oleh batang-batang bambu tidak diperdulikannya. Dia kembali mengejar Timun Emas yang kembali menjauh.
Timun Emas kemudian melempar segenggam garam yang dibawanya saat mengetahii si raksasa kembali mendekat. Segenggam garam itu berubah menjadi lautan yang luas sehingga menjadi penghalang antara Timun Emas dan Si Raksasa.
Keinginan si Raksasa untuk menyantap Timun Emas sudah begitu tinggi hingga dia pun berenang melintasi lautan luas itu. Dia berenang secepat yang dia bisa, walaupun itu sangat mnguras tenaganya. Si Raksasa kelelahan ketika tiba di daratan seberang laut, namun keinginannya untuk memangsa Timun Emas tidak surut, dengan goyah dia mencoba mengejar Timun Emas.
Timun Emas lantas melempar senjata terakhir yang dimilikinya yaitu sepotong terasi. Seperti kejadian ajib sebelumnya, sepotong terasi itu berubah menjadi lumpur hisap yang sangat luas. Si Raksasa yang terus mengejarnya kemudian terhisap lumpur hisap itu. Meski telah mengeluarkan seluruh tenaganya, Si Raksasa tidak berdaya menghadapi kekuatan lumpur hisap. Tubuhnya terus tenggelam terhisap masuk kedalam bumi. Jeritan dan raungan si Raksasa membahaha memenuhi langit, namun tidak ada yang bisa menolongnya. Si Raksasa akhirnya menemui kematian setelah seluruh tubuhnya terhisap masuk kedalam lumpur.
Timun Emas selamat. Dia mengucapkan syukur kepada tuhan karena telah terbebas dari raksasa bengis pemangsa manusia. Dia lantas kembali pulang ke rumahnya untuk menemui Mbok Sirni.
Betapa gembira dan bahagiannya Mbok Sirni mendapati Timun Emas selamat. Mbok Sirni dapat hidup tenang bersama Timun Emas tanpa khawatir harus menyerahkan Timun Emas kepada si Raksasa. Begitu Pula halnya dengan Timun Mas. Dia hidup tenang bersama perempuan tua yang telah dianggapnya sebagai ibu kandungnya sendiriMereka pun hidup berbahagia.